
A. Swabakar Batubara
A. Pengertian Tentang Swabakar Batubara
Swabakar (Spontaneous Combustion) adalah pembakaran yang terjadi dengan sendirinya. Swabakar dapat terjadi pada berbagai tempat penambangan batubara (tambang terbuka atau tambang dalam) atau bahkan pada stockpile batubara.
Swabakar merupakan malapetaka dahsyat bila terjadi pada tambang bawah tanah batubara. Keterlambatan dalam mendeteksi pencetusnya dapat menimbulkan kebakaran besar dan tak terkendali, dapat menyebabkan cedera, kematian para pekerja yang ada dalam tambang, bahkan dapat menyebabkan hancurnya pertambangan, karena dapat berproduksi lagi, dan harus ditutup untuk selama-lamanya.
Swabakar dapat juga menimbulkan keracunan akut, yang berasal dari asap atau gas-gas yang teremisi ke udara dalam tambang itu. Peristiwa keracunan terjadi jika beragam jenis gas beracun, seperti karbon monoksida, nitrogen, sulfur, timbel dan logam berat semua memasuki jalan darah dan mengacaukan sistem metabolisme tubuh. Gas karbon monoksida (CO) merupakan gas yang paling berbahaya untuk membuat orang keracunan akut adalah karbon monoksida (CO), yang warnanya biru sampai hitam pekat. Jika gas CO terhirup melalui hidung atau mulut, maka mata dan sistem pernafasan akan meradang, sehingga menimbulkan sesak nafas dan batuk-batuk yang hebat.
Yang lebih berbahaya lagi adalah jika gas CO tersebut memasuki aliran darah. Gas ini akan merampas dan mengikat hemoglobin (Hb), yang berupa senyawa besi yang bertugas untuk membawa oksigen (O2). Akibatnya darah akan mengalir membawa racun CO sehingga sekujur badan berwarna merah. Selanjutnya korban akan merasa mual, pusing, dan sesak nafas. Jika kondisi itu berlanjut, maka jantung, paru-paru, ginjal, dan otak akan mengalami gagal berfungsi dan akibatnya adalah kematian si korban
Disamping itu, swabakar dapat pula memicu terjadinya ledakan yang besar, jika pada saat terjadi swabakar itu timbul awan debu batubara yang banyak.
Oleh karena itu setiap pihak yang terlibat dalam kegiatan tambang batubara bawah tanah juga harus mengetahui dan mahir dalam melakukan tindakan pencegahan atau penanganan swabakar tersebut.
- Proses Terjadinya Swabakar
Swabakar batubara terjadi akibat proses oksidasi batubara di dalam udara. Batubara pada kondisi terbuka di udara dapat menyerap oksigen dalam waktu lama dan perlahan-lahan akan terjadi proses oksidasi yang menghasilkan proses panas. Apabila panas ini terakumulasi karena tidak dilepas atau didinginkan, maka temperaturnya meningkat, yang akhirnya mencapai titik nyala (ignition point) dan terbakar menimbulkan api. Oleh karena itu, swabakar tidak terjadi di zona yang disekat (ditutup rapat) secara sempurna, karena proses oksidasi batu bara di sini tidak berlanjut. Sebaliknya, di tempat yang dilewati angin yang banyak, walaupun batu bara teroksidasi, panas yang timbul akan dilepas dan didinginkan, sehingga tidak sampai terbakar.
Bila panas swabakar itu sebelum mencapai titik nyala, menimbulkan awan debu batubara dan terdapat pula gas methan yang teremisi ke udara di sekitarnya, maka swabakar itu dapat diiringi dengan terjadinya ledakan yang cukup dahsyat.
Proses Terjadinya Swabakar Pada Batubara
Berikut ini akan dijelaskan proses perkembangan swabakar pada tambang batubara bawah tanah (Undergruond spontaneous combustion of coal), yaitu :
- Peristiwa oksidasi terjadi secara perlahan-lahan pada bagian sisi atau dinding batubara (coal wall) atau batubara sisa, di jalan tambang (roadway) yang terventilasi. Dalam kondisi ini tidak ada tanda-tanda terjadinya perobahan temperatur yang signifikan, karena panas tersebut dapat larut oleh aliran udara (air flow).
- Ketika kondisi panas yang larut dalam aliran udara itu tidak besar, maka temperatur batubara akan naik lebih panas dari udara di sekelilingnya. Gejala ini dapat terlihat dari adanya fatamorgana tipis di atas batubara sisa tersebut.
- Jika tidak terjadi pemancaran panas (lepasnya panas oleh aliran udara), maka temperatur batubara akan naik mencapai antara 600C sampai 1500C, yakni pada tempratur pertama (T1). Tingginya temperatur adalah karena adanya kombinasi panas dari hasil oksidasi (oxidation) dengan panas hasil serapan oksigen (oxygen absorption).
- Jika kondisi pemanasan seperti tersebut di atas berlangsung terus, maka temperatur akan naik secara lebih cepat dan pada satu saat akan mencapai titik pengapian (ignition point) dan untuk selanjutnya terjadilah kebakaran (combustion) pada posisi temperatur (T2), yakni antara 2000C sampai 4000C. Jarak antara T1 dan T2 dikenal sebagai temperatur pemanasan awal (initial heating stage) yang dapat dilihat dari adanya gas-gas keluar dari lapisan batubara itu. Jika temperatur telah melewati T2, maka sudah terjadi keterlambatan dalam mendeteksi swabakar.
Proses Perkembangan Swabakar Berdasarkan Peningkatan Temperatur
C. Lokasi Yang Mudah Terjadi Swabakar
Tempat-tempat yang terutama mudah terjadi swabakar antara lain:
- Lokasi runtuhan atap lorong
- Sekitar patahan lapisan batubara
- Diantara lorong bersebelahan yang terjadi retakan
- Lorong yang telah di sealing, namun kekedapannya kurang baik
- Lokasi dimana terdapat lapisan batubara rapuh sehingga mudah menjadi serbuk
- Ruang bekas penggalian batubara, dimana penutupan (sealing) kurang baik
- Sekitar atap lorong bekas penambangan yang dilakukan dengan system slicing
- Tempat yang terjadi retakan atau serbuk batubara akibat tekanan batuan

Gambar 3
Lokasi yang mudah terjadi swabakar pada tambang batubara bawah tanah