Blog

Fenomena Pink Micromoon Malam Ini: Saat Bulan Berwarna Merah Hati

Spread the love

Bulan selalu menjadi objek langit yang memikat hati manusia. Dari masa ke masa, meski teknologi telah maju dan ilmu pengetahuan makin berkembang, pesona Bulan tetap saja menyimpan kejutan. Salah satu fenomena langit yang akan hadir akhir pekan ini adalah “pink micromoon” – sebuah momen yang tak kalah memesona dari gerhana atau supermoon.

Apa Itu Micromoon?

Micromoon terjadi saat Bulan berada pada titik terjauh dalam orbit elipsnya dari Bumi, yang dikenal sebagai apogee, dan kebetulan bertepatan dengan fase Bulan purnama. Akibatnya, Bulan tampak lebih kecil dan lebih redup dibanding biasanya.

Menurut Alain Brizard, seorang astrofisikawan dari Saint Michael’s College di Vermont, “Ini adalah perbedaan yang sangat halus.” Kebanyakan orang mungkin tidak menyadarinya tanpa membandingkan foto Bulan secara langsung.

Sebaliknya, fenomena supermoon terjadi ketika Bulan berada pada titik terdekatnya dari Bumi, membuatnya tampak sekitar 14% lebih besar dan 30% lebih terang dibanding micromoon. Meski tidak semegah supermoon, micromoon punya daya tarik tersendiri: sebuah pengingat lembut bahwa langit selalu bergerak.

Micromoon dan supermoon sebenarnya bukan fenomena langka. Dalam satu tahun, keduanya bisa terjadi beberapa kali. Setelah pink micromoon akhir pekan ini, micromoon lainnya diperkirakan hadir pada bulan Mei, disusul tiga supermoon pada Oktober, November, dan Desember.

Kenapa Disebut Pink Micromoon?

Meski disebut “pink”, Bulan tak benar-benar berubah warna menjadi merah muda. Warna ini lebih merupakan efek optik yang terjadi saat Bulan berada rendah di langit, dekat dengan cakrawala. Saat itu, cahaya Bulan harus melewati lapisan atmosfer Bumi yang lebih tebal, sehingga warna-warna dengan panjang gelombang pendek seperti biru dan ungu tersebar, menyisakan warna merah, jingga, dan kadang pink.

Faktor lain seperti debu atau polusi udara juga bisa memperkuat efek ini, membuat Bulan tampak lebih pekat berwarna merah atau jingga, terutama saat terjadi gerhana Bulan total.

Ilusi Bulan: Ketika Otak Kita Tertipu

Pernahkah Anda merasa Bulan tampak sangat besar saat baru terbit di balik gunung, gedung, atau pepohonan? Padahal, secara teknis, ukuran Bulan tidak berubah. Ini adalah fenomena psikologis yang disebut ilusi Bulan.

Ilusi ini terjadi karena cara otak manusia memproses informasi visual. Saat ada objek di latar depan – seperti pepohonan atau bangunan – otak kita salah mengartikan jarak dan ukuran Bulan, membuatnya tampak lebih besar dari kenyataannya.

Salah satu teori paling populer yang mencoba menjelaskan ini adalah ilusi Ponzo. Dalam eksperimen ini, dua garis horizontal identik diletakkan di atas gambar rel kereta yang menyempit ke kejauhan. Garis yang berada di atas tampak lebih panjang, padahal keduanya sama. Begitu pula dengan Bulan: ketika berada dekat cakrawala, otak kita mempersepsikan bahwa ia lebih besar.

Namun yang menarik, bahkan astronot di luar angkasa yang jauh dari elemen latar seperti pepohonan atau gedung, juga mengaku mengalami ilusi Bulan. Artinya, misteri ini belum sepenuhnya terpecahkan.

Cara Menguji Ilusi Ini Sendiri

Anda tak perlu teleskop untuk membuktikan ilusi ini. NASA menyarankan cara sederhana:

Coba rentangkan jari telunjuk Anda dan bandingkan dengan ukuran Bulan. Baik saat Bulan berada rendah maupun tinggi di langit, ukurannya terhadap jari akan tetap sama.

Atau, coba lihat Bulan melalui tabung kertas atau dengan cara unik – membungkuk dan melihat di antara kedua kaki Anda. Bulan akan langsung tampak lebih kecil!

Menikmati Keajaiban Tanpa Harus Memahami Semuanya

Meskipun ilmuwan belum sepenuhnya memahami ilusi Bulan, hal ini justru menambah daya tariknya. Ada keindahan dalam misteri. Bayangkan Anda berdiri di malam hari, menyaksikan Bulan purnama yang berwarna lembut naik perlahan di balik gunung – bahkan tanpa mengetahui ilmu di baliknya, momen itu bisa terasa magis.

Sebagaimana ditulis dalam artikel aslinya, “Kita mungkin tidak sepenuhnya memahami mengapa Bulan terlihat lebih besar atau lebih dramatis di waktu tertentu. Tapi meski para ilmuwan terus mencari jawabannya, tak ada yang menghentikan kita untuk menikmati pemandangan itu.”

Jadi, akhir pekan ini, jangan lewatkan kesempatan untuk meluangkan waktu sejenak, menatap langit, dan menikmati kehadiran pink micromoon. Karena meski kecil dan redup, ia tetap menyimpan keajaiban tersendiri – sebuah pelajaran tentang alam, cahaya, dan bagaimana kita memandang dunia.

sumber: kompas.com

Ferry Nababan
Author: Ferry Nababan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *