Geologi,  Pertambangan

Tahapan Eksplorasi

Spread the love

Tahap 1: Perencanaan dan Persiapan (Durasi: 1-3 Bulan)

  1. Penentuan Area Target & Studi Pustaka:
    • Identifikasi area potensial di Kalimantan Timur berdasarkan data geologi regional, laporan eksplorasi sebelumnya (jika ada), citra satelit, dan informasi dari pemerintah (Dinas ESDM Provinsi Kaltim, Kementerian ESDM).
    • Kumpulkan dan analisis semua data sekunder yang tersedia: peta geologi, data bor sebelumnya, laporan studi terdahulu, data infrastruktur (jalan, sungai, pelabuhan), status lahan (kawasan hutan, APL, konsesi lain), data lingkungan awal.
    • Tentukan target kualitas batubara (misalnya, kalori tinggi/rendah, sulfur rendah) dan perkiraan target tonase minimal yang dicari.
  2. Perizinan dan Legalitas:
    • Identifikasi dan mulai proses pengurusan izin yang diperlukan:
      • Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi (IUP Eksplorasi) dari pemerintah pusat/daerah.
      • Persetujuan lingkungan (AMDAL atau UKL-UPL, tergantung skala).
      • Jika masuk kawasan hutan: Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) untuk kegiatan eksplorasi.
      • Izin-izin terkait lainnya dari pemerintah daerah (Kabupaten/Kota).
    • Lakukan sosialisasi awal kepada pemerintah daerah dan masyarakat sekitar area target.
  3. Pembentukan Tim dan Anggaran:
    • Bentuk tim eksplorasi yang kompeten (geologis, surveyor, ahli lingkungan, community relations officer, tenaga lapangan).
    • Susun anggaran rinci untuk setiap tahapan eksplorasi (personel, logistik, peralatan, survei, pengeboran, analisis lab, perizinan, community development).
  4. Persiapan Logistik dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja):
    • Rencanakan akses ke lokasi (transportasi darat/sungai).
    • Identifikasi lokasi untuk base camp sementara.
    • Siapkan peralatan survei (GPS, kompas geologi, palu geologi, alat tulis lapangan, kamera), peralatan komunikasi (telepon satelit jika diperlukan), dan peralatan K3.
    • Susun prosedur standar operasi (SOP) untuk K3 di lapangan.

Tahap 2: Survei Tinjau / Reconnaissance (Durasi: 2-4 Bulan)

  1. Pemetaan Geologi Regional:
    • Lakukan pemetaan geologi permukaan skala regional hingga semi-detail di area target.
    • Identifikasi formasi batuan pembawa batubara, struktur geologi (lipatan, patahan) yang mengontrol sebaran batubara.
    • Cari singkapan (outcrop) batubara alami atau indikasi keberadaan batubara (misalnya, fragmen batubara di sungai/float).
    • Catat posisi, deskripsi litologi, kemiringan lapisan (strike/dip).
  2. Interpretasi Remote Sensing:
    • Gunakan citra satelit resolusi tinggi atau foto udara untuk membantu interpretasi struktur geologi, geomorfologi, dan identifikasi potensi area singkapan.
  3. Survei Geofisika Awal (Opsional):
    • Metode seperti survei geomagnetik atau gravitasi skala regional dapat membantu memahami cekungan sedimen secara luas, namun kurang langsung untuk target batubara dangkal.
  4. Hasil: Peta geologi awal area target, identifikasi zona-zona prospek awal yang memerlukan investigasi lebih lanjut.

Tahap 3: Prospeksi (Durasi: 3-6 Bulan)

  1. Pemetaan Geologi Detail:
    • Fokuskan pemetaan pada zona prospek yang diidentifikasi pada Tahap 2.
    • Lakukan pemetaan singkapan batubara secara rinci, ukur ketebalan, kemiringan, dan coba ikuti arah jurus lapisan batubara.
  2. Pembuatan Sumur Uji (Test Pit) dan Parit Uji (Trenching):
    • Gali sumur atau parit uji pada lokasi singkapan atau area yang diduga kuat terdapat batubara dekat permukaan.
    • Tujuan: Memastikan keberadaan batubara, mendapatkan gambaran ketebalan dan struktur lapisan, mengambil sampel awal untuk analisis kualitas.
  3. Pengambilan Sampel Permukaan (Channel Sampling):
    • Ambil sampel batubara secara sistematis dari singkapan atau dinding parit/sumur uji untuk analisis kualitas awal (kadar air, abu, zat terbang, karbon tertambat, nilai kalori, total sulfur).
  4. Survei Topografi Awal:
    • Lakukan pemetaan topografi awal di area prospek untuk dasar perencanaan pengeboran.
  5. Survei Geofisika Permukaan (Opsional/Terbatas):
    • Metode seperti geolistrik resistivitas atau Ground Penetrating Radar (GPR) dapat digunakan di area tertentu untuk mendeteksi lapisan batubara dangkal atau struktur dekat permukaan.
  6. Hasil: Peta geologi detail area prospek, lokasi singkapan terverifikasi, data ketebalan dan kualitas awal dari permukaan, delineasi target area untuk pengeboran.

Tahap 4: Eksplorasi Rinci (Durasi: 6-18+ Bulan, tergantung skala dan kompleksitas)

  1. Pengeboran Eksplorasi (Exploration Drilling):
    • Ini adalah metode utama untuk mengetahui kondisi bawah permukaan.
    • Jenis Bor:
      • Open Hole Drilling: Cepat dan murah, untuk mengetahui litologi dan kedalaman lapisan batubara. Sampel berupa cutting (serbuk bor).
      • Core Drilling (Bor Inti): Lebih mahal, tetapi menghasilkan sampel inti (core) batubara yang utuh untuk analisis kualitas yang akurat dan studi struktur detail.
    • Pola Bor: Biasanya menggunakan pola grid (jarak antar titik bor bervariasi, misal 400m x 400m untuk awal, lalu dirapatkan hingga 200m x 200m atau 100m x 100m di area kunci untuk meningkatkan keyakinan data).
    • Logging: Lakukan deskripsi (logging) litologi rinci dari cutting atau core. Lakukan downhole geophysical logging (gamma ray, density, caliper, resistivity) untuk membantu korelasi antar lubang bor dan identifikasi lapisan batubara secara akurat.
  2. Pengambilan Sampel Bor dan Analisis Kualitas Rinci:
    • Ambil sampel inti batubara (jika core drilling) atau sampel cutting (jika open hole, dengan hati-hati) pada interval lapisan batubara.
    • Kirim sampel ke laboratorium terakreditasi untuk analisis kualitas lengkap (Proximate, Ultimate, Calorific Value, Total Sulfur, Ash Fusion Temperature, Hardgrove Grindability Index/HGI, dll.).
  3. Survei Geofisika Detail (Opsional):
    • Survei seismik refleksi resolusi tinggi bisa sangat efektif untuk memetakan kontinuitas lapisan batubara dan struktur patahan antar titik bor, terutama untuk deposit yang lebih dalam atau kompleks.
  4. Pemetaan Topografi Detail:
    • Lakukan pemetaan topografi detail di seluruh area prospek menggunakan alat seperti Total Station atau LiDAR untuk perencanaan tambang yang akurat.
  5. Hasil: Database pengeboran yang komprehensif, data log geofisika, data analisis kualitas batubara yang rinci, pemahaman 3D mengenai sebaran, ketebalan, kedalaman, dan struktur geologi lapisan batubara.

Tahap 5: Evaluasi Sumber Daya dan Pelaporan (Durasi: 3-6 Bulan)

  1. Pemodelan Geologi dan Sumber Daya:
    • Integrasikan semua data (pemetaan, log bor, analisis kualitas, geofisika, topografi) ke dalam perangkat lunak pemodelan tambang (contoh: MineScape, Surpac, Vulcan).
    • Buat model geologi 3D lapisan batubara dan batuan sekitarnya.
    • Lakukan estimasi kuantitas (tonase) dan kualitas sumber daya batubara berdasarkan standar pelaporan yang diakui (misalnya, KCMI – Kode Komite Cadangan Mineral Indonesia, atau JORC). Klasifikasikan sumber daya berdasarkan tingkat keyakinan (Terkira/Inferred, Tertunjuk/Indicated, Terukur/Measured).
  2. Studi Awal Kelayakan (Scoping Study / Preliminary Economic Assessment):
    • Lakukan penilaian ekonomi awal berdasarkan model sumber daya, perkiraan metode penambangan (terbuka/tambang dalam), biaya operasi, biaya modal, harga batubara, untuk menentukan apakah proyek berpotensi ekonomis.
  3. Studi Lingkungan dan Sosial Lanjutan:
    • Lanjutkan studi dasar (baseline) lingkungan dan sosial secara lebih mendetail sebagai persiapan untuk AMDAL tahap operasi (jika hasil eksplorasi positif).
  4. Pelaporan Komprehensif:
    • Susun laporan akhir eksplorasi yang mencakup semua metodologi, data mentah, interpretasi, hasil analisis, model geologi, estimasi sumber daya, dan rekomendasi untuk tahap selanjutnya (studi kelayakan/feasibility study atau penghentian).
    • Laporkan hasil kegiatan eksplorasi kepada pemerintah sesuai peraturan.

Aspek Penting Lainnya:

  • Manajemen Lingkungan: Lakukan pengelolaan dampak lingkungan selama kegiatan eksplorasi (misalnya, reklamasi bekas lubang bor, pengelolaan limbah).
  • Hubungan Masyarakat (Community Relations): Jaga komunikasi yang baik dan transparan dengan masyarakat lokal, laksanakan program pengembangan masyarakat (Community Development/CD) yang sesuai.
  • K3 (HSE): Terapkan standar K3 yang ketat di semua kegiatan lapangan.

Fleksibilitas: Rencana ini bersifat dinamis. Hasil dari satu tahap akan mempengaruhi perencanaan tahap berikutnya. Siap untuk menyesuaikan rencana berdasarkan temuan di lapangan.

Ferry Nababan
Author: Ferry Nababan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *