Aspek Teknis Estimasi Sumber Daya Batubara
Aspek Teknis Estimasi Sumber Daya Batubara berdasarkan Kode KCMI 2017 (halaman 17-26) yang terlampir.
Definisi Dasar Sumber Daya Batubara
Sebelum melakukan estimasi, penting untuk memahami apa yang bisa diklasifikasikan sebagai “Sumber Daya”. Tidak semua batubara di dalam tanah adalah sumber daya.
Definisi resminya adalah bagian dari endapan batubara di mana lokasi, kuantitas, kualitas, dan karakteristik geologinya telah diketahui dari interpretasi bukti geologi tertentu. Syarat mutlaknya adalah endapan tersebut harus memiliki “keprospekan beralasan” untuk pada akhirnya dapat ditambang secara ekonomis.
Alur Kerja (Workflow) Estimasi
Seorang CPI disarankan mengikuti prosedur standar untuk memastikan akurasi. Tahapannya adalah:
-
Input Database: Pengumpulan data mentah.
-
Verifikasi & Validasi: Memastikan data benar dan akurat.
-
Interpretasi Data: Menganalisis korelasi geologi.
-
Permodelan Geologi: Membuat model struktur dan kualitas digital.
-
Estimasi Sumber Daya: Menghitung tonase dan volume.
-
Limitasi & Pelaporan: Membatasi area berdasarkan keyakinan geologi dan membuat laporan akhir.
Standar Input Data (Validasi Data Mentah)
Kualitas output estimasi sangat bergantung pada kualitas input data (Garbage in, Garbage out). KCMI menetapkan standar ketat untuk tiga jenis data utama:
A. Data Topografi (Permukaan)
Data topografi menentukan perhitungan volume tanah penutup (overburden) dan batas atas batubara.
-
Hierarki Validitas Metode Survei:
-
Ground Survey (Total Station/GPS Geodetik): Paling valid untuk semua kondisi lahan.
-
LIDAR (Airborne/UAV): Cukup representatif untuk estimasi sumber daya dan cadangan, meski tidak sepresisi ground survey.
-
Foto Udara (Fotogrametri): Hanya bisa digunakan di area terbuka. Pada area vegetasi rapat, metode ini terbukti tidak cukup reliable.
-
SRTM (Radar Satelit): Tidak valid untuk estimasi mendetail, hanya boleh untuk penyelidikan awal.
-
-
Validasi Topografi:
-
Skala peta harus ditetapkan (misal 1:1000 atau 1:2000).
-
Wajib divalidasi dengan membandingkan elevasi topografi vs elevasi collar (mulut lubang) titik bor. Selisihnya (misal ±50 cm) harus bisa dijustifikasi oleh CPI.
-
Pada area yang sudah ditambang, topografi asli harus dipotong (cut) dengan data survei kemajuan tambang (progress mine) untuk menghilangkan batubara yang sudah diambil.
-
B. Data Pemboran (Bawah Permukaan)
Data ini menjadi Point of Observation (PoO) utama.
-
Persyaratan Logging: Setiap titik bor PoO wajib memiliki data logging geofisika (gamma/density log) untuk validasi kedalaman dan ketebalan.
-
Pengecualian: Jika metode pengeboran adalah full coring di mana posisi roof dan floor batubara dapat diukur dengan sangat baik secara fisik.
-
-
Log Otentik: Harus tersimpan catatan asli (log) tulisan tangan dari well site geologist.
-
Koordinat: Posisi titik bor harus diukur dengan alat survei presisi (Total Station/GPS Geodetik).
-
Recovery: Sampel batubara harus diambil dengan metode yang menjaga keterwakilan (misal coring), dengan tingkat recovery yang tinggi (misal >95%) agar sampel dianggap valid.
C. Data Kualitas (Laboratorium)
-
Sampling: Dilakukan per lapisan (ply by ply) sesuai rencana penambangan.
-
Kredibilitas Lab: Laboratorium harus terakreditasi, disarankan akreditasi internasional.
-
Validasi Logika Data:
-
Total hasil Proximate Analysis (FC + Ash + IM + VM) harus 100%.
-
Grafik CV (Kalori) vs Ash harus berbanding terbalik (korelasi negatif).
-
Grafik Rd (Densitas) vs Ash harus berbanding lurus (korelasi positif).
-
Pemodelan Geologi & Validasi Model
Setelah data diinput ke dalam perangkat lunak (software), model yang dihasilkan harus divalidasi kembali oleh CPI sebelum dihitung tonasenya.
A. Validasi Model Struktural (Bentuk Endapan)
-
Cross Section 2D: CPI wajib membuat penampang potong (cross section) yang melewati titik-titik bor. Tujuannya memastikan lapisan batubara di model komputer “menempel” tepat pada data kedalaman di titik bor asli.
-
Peta Kontur:
-
Isopach: Kontur ketebalan batubara untuk melihat pola penyebaran tebal-tipisnya.
-
Struktur Floor: Kontur lantai batubara untuk mendeteksi anomali bentuk (misalnya fenomena Bull Eyes atau cekungan tidak wajar).
-
B. Validasi Model Kualitas
-
Cek Statistik: Periksa nilai minimum dan maksimum parameter (seperti Total Sulfur atau Ash) untuk membuang angka yang tidak wajar.
-
Koreksi Densitas (Sangat Penting):
-
Nilai Relative Density (Rd) dari laboratorium biasanya adalah air dried. Ini wajib dikonversi menjadi Rd in-situ (kondisi asli di alam).
-
Rumus konversi yang umum digunakan adalah Preston Sanders formula.
-
-
Batubara Low Rank: Untuk batubara peringkat rendah, disarankan melakukan uji Moisture Holding Capacity (MHC) atau Equilibrium Moisture (EQM) agar mendapatkan nilai moisture in-situ yang akurat.
untuk CPI: Inti dari panduan ini adalah validitas data. Sebagus apapun software tambang yang digunakan, jika data survei topografi menggunakan SRTM atau recovery pengeboran rendah, maka hasil estimasi sumber daya tidak boleh dilaporkan sebagai standar KCMI.


