Di tengah gempuran kuliner modern, Jakarta masih menyimpan harta karun rasa yang melegenda. Salah satunya adalah Es Selendang Mayang, sebuah hidangan penutup khas Betawi yang tidak hanya menyegarkan dahaga, tetapi juga memanjakan mata dengan penampilannya yang penuh warna. Minuman tradisional ini adalah bukti kekayaan budaya Betawi yang dipengaruhi oleh berbagai akulturasi, menghasilkan perpaduan rasa yang unik dan tak lekang oleh waktu.
Namun, kini menemukan semangkuk Es Selendang Mayang yang otentik menjadi sebuah tantangan tersendiri. Mari kita kulik lebih dalam pesona kuliner yang mulai langka ini, dari sejarahnya yang puitis, filosofi namanya, hingga cara membuatnya sendiri di rumah.
Apa Sebenarnya Es Selendang Mayang? Perpaduan Tiga Elemen Sempurna
Bagi yang belum pernah mencicipinya, Es Selendang Mayang adalah hidangan yang terdiri dari tiga komponen utama yang menciptakan harmoni rasa manis, gurih, dan segar.
- Kue Selendang Mayang: Ini adalah bintang utamanya. Berupa kue lapis atau puding yang terbuat dari campuran tepung sagu aren dan tepung hunkwe (tepung kacang hijau). Teksturnya sangat khas: lembut, kenyal, dan sedikit licin saat di mulut. Warnanya yang cerah—biasanya merah muda, putih, dan hijau—diibaratkan seperti selendang penari yang berwarna-warni. Warna hijau tradisionalnya berasal dari sari daun suji atau pandan.
- Kuah Santan Gurih: Kue yang sudah dipotong-potong kemudian disiram dengan kuah santan segar yang dimasak dengan sedikit garam dan daun pandan. Rasa gurih dan aroma wangi dari kuah ini berfungsi untuk menyeimbangkan rasa manis dari elemen berikutnya.
- Saus Gula Merah (Kinca): Sebagai pemanis utama, digunakan saus gula merah kental yang legit, atau sering disebut kinca. Manisnya yang khas dan beraroma karamel menyatu sempurna dengan gurihnya santan dan lembutnya kue.
Ketiga elemen ini disajikan dengan serutan es batu, menjadikannya minuman sekaligus hidangan penutup yang sempurna untuk dinikmati di tengah teriknya cuaca Jakarta.
Sejarah dan Filosofi di Balik Nama yang Puitis
Nama “Selendang Mayang” sendiri memiliki cerita rakyat yang romantis dan penuh makna. Konon, namanya terinspirasi dari legenda Betawi tentang Si Jampang, seorang jagoan yang jatuh hati pada seorang gadis cantik bernama Mayangsari.
- Selendang: Kata ini merujuk pada penampilan kue yang berlapis-lapis dengan warna-warni cerah, menyerupai selendang penari yang indah dan lembut.
- Mayang: Diambil dari nama Mayangsari, yang digambarkan sebagai sosok wanita cantik rupawan. Kata “mayang” sendiri dalam bahasa Betawi berarti sesuatu yang cantik, elok, dan manis.
Dengan demikian, Es Selendang Mayang secara filosofis adalah hidangan yang “cantik untuk dipandang dan manis untuk dirasakan,” sama seperti pesona sang Mayangsari dalam cerita.
Dulu Jajanan Populer, Kini Mulai Langka
Pada akhir abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20, Es Selendang Mayang adalah jajanan yang sangat mudah ditemui. Pedagang keliling dengan pikulan bambu biasa menjajakannya di perkampungan dan pasar. Namun kini, keberadaannya semakin sulit ditemukan, kalah bersaing dengan minuman kekinian.
Meski begitu, para pelestari kuliner Betawi masih terus memperjuangkan eksistensinya.
Di Mana Menemukan Es Selendang Mayang di Jakarta? Untuk mencicipi es legendaris ini, Anda bisa mengunjungi beberapa tempat berikut:
- Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan: Sebagai pusat pelestarian budaya Betawi, tempat ini adalah lokasi terbaik untuk menemukan penjual Es Selendang Mayang yang otentik.
- Kawasan Kota Tua: Di sekitar area wisata ini, seringkali terdapat pedagang gerobak yang menjual aneka kuliner khas Betawi.
- Festival dan Bazar Kuliner: Acara seperti Pekan Raya Jakarta (PRJ), Festival Kuliner Betawi, atau perayaan HUT Jakarta adalah momen emas untuk berburu jajanan ini.
- Sentra Kuliner Condet: Sebagai salah satu kantong masyarakat Betawi, kawasan Condet juga masih memiliki penjual kuliner tradisional ini.
Resep Sederhana Es Selendang Mayang (Untuk Dibuat di Rumah)
Ingin mencoba membuatnya sendiri? Berikut resep sederhana yang bisa Anda praktikkan.
Bahan Kue:
- 100 gram tepung hunkwe
- 50 gram tepung sagu aren
- 900 ml air
- 150 gram gula pasir
- Sejumput garam
- Pewarna makanan merah dan pasta pandan secukupnya
Bahan Kuah Santan:
- 500 ml santan dari 1/2 butir kelapa
- 1/2 sdt garam
- 1 lembar daun pandan
Bahan Saus Gula Merah (Kinca):
- 200 gram gula merah, sisir halus
- 100 ml air
- 1 lembar daun pandan
Cara Membuat:
- Kue: Campurkan tepung hunkwe, sagu aren, gula, dan garam. Tuang air sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga tidak ada yang menggumpal.
- Masak adonan di atas api kecil sambil terus diaduk hingga meletup-letup, mengental, dan bening. Angkat.
- Bagi adonan menjadi tiga bagian. Satu bagian beri pasta pandan, satu bagian beri pewarna merah, dan satu bagian biarkan putih.
- Tuang adonan hijau ke dalam loyang, ratakan. Tumpuk dengan adonan putih, ratakan. Terakhir, tumpuk dengan adonan merah. Dinginkan hingga mengeras.
- Kuah Santan: Masak semua bahan kuah santan sambil diaduk hingga mendidih. Dinginkan.
- Saus Kinca: Masak semua bahan saus kinca hingga gula larut dan mengental. Saring dan dinginkan.
- Penyajian: Potong-potong kue selendang mayang. Letakkan dalam mangkuk, beri serutan es, siram dengan kuah santan dan saus kinca. Sajikan segera.
Dengan melestarikan dan terus menikmatinya, kita turut menjaga agar legenda Es Selendang Mayang tidak hilang ditelan zaman. Selamat mencoba!
Leave a Reply