Ketua Tim Peneliti Situs Megalitikum Gunung Padang, Ali Akbar mengungkapkan kesulitan yang akan dihadapi dalam proses pemugaran situs Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat.
Arkeolog yang akrab disapa Abe itu menyebut, pihaknya akan mengkaji segala kesulitan selama proses pemugaran situs Gunung Padang.
Abe membandingkan situs Gunung Padang dengan Candi Borobudur di Jawa Tengah. Menurutnya, ukuran situs Gunung Padang lebih besar daripada Candi Borobudur.
“Jika dibandingkan dengan ukurannya Candi Borobudur, maka situs Gunung Padang ini, katakanlah, 3 kali lipat besarnya dan tingginya dibandingkan Candi Borobudur,” ujar Abe.
Selain lebih besar, ada kesulitan lainnya yakni banyaknya lereng di situs Gunung Padang. Kondisi tersebut membutuhkan kehati-hatian yang tinggi.
“Karena tadi tingginya, lerengnya tentu memerlukan kehati-hatian. Oleh karena itu dalam pelaksanaan kegiatan ini, kami tidak akan terburu-buru, kami akan sangat berhati-hati,” kata Abe.
Diketahui, Candi Borobudur memiliki tinggi 35,4 meter (113 kaki) dan alasnya berukuran 121×121 meter (403×403 kaki).
Situs Gunung Padang merupakan peninggalan megalitikum berbentuk punden berundak yang terletak di perbatasan Dusun Gunung Padang dan Panggulaan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat.
Dengan luas mencapai 291.800 meter persegi, situs ini tercatat sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara.
Keberadaan Situs Gunung Padang pertama kali dilaporkan oleh Nicolaas Johannes Krom pada 1914.
Setelah diteliti, diketahui bahwa situs ini telah dibangun pada sekitar 500-220 SM oleh para penganut tradisi megalitik.
Bahkan struktur bangunan yang paling bawah diduga berusia lebih tua lagi, yakni berumur 8000 SM.
Situs Gunung Padang dipugar
Kementerian Kebudayaan akan segera memugar dan meneliti situs megalitikum Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat.
Abe mengatakan, pemugaran dan penelitian situs megalitikum Gunung Padang akan melibatkan sekitar 100 ahli di bidangnya dan diperkirakan memakan waktu 3-4 tahun.
“Ada cukup banyak ahli yang terlibat dalam kegiatan ini, karena kita ingin terlebih dahulu mengetahui sejauh mana tingkat kerusakan dari situs Gunung Padang ini,” kata arkeolog yang akrab disapa Abe kepada Kompas.com, Jumat (1/8/2025) malam.
Abe mengatakan, kegiatan pemugaran situs Gunung Padang akan dilakukan secara bertahap dan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya serta Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2022 tentang Register Nasional dan Telestarian Cagar Budaya.
Adapun tahapan pemugaran yang dilakukan dalam tiga tahap yaitu Pra Pemugaran, Pemugaran dan Pasca Pemugaran.
“Nah yang akan kita lakukan saat ini adalah tahap yang paling awal ya. Ada studi kelayakan dan studi teknis ya. Fokus kita di beberapa bulan awal ini adalah kajian, kita akan periksa betul bagaimana kondisi situs Gunung Padang saat ini,” ujar Abe.
Libatkan 100 ahli dan warga setempat
Abe mengatakan, pemugaran dan penelitian situs megalitikum Gunung Padang akan melibatkan sekitar 100 ahli di bidangnya dan diperkirakan memakan waktu 3-4 tahun.
“Ada cukup banyak ahli yang terlibat dalam kegiatan ini, karena kita ingin terlebih dahulu mengetahui sejauh mana tingkat kerusakan dari situs Gunung Padang ini,” kata Abe.
Abe mengatakan, kegiatan pemugaran situs Gunung Padang akan dilakukan secara bertahap dan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya serta Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2022 tentang Register Nasional dan Telestarian Cagar Budaya.
Abe menerangkan, para ahli yang terlibat berasal dari bidang arkelogi, geologi, geofisika, geografi, topografi atau pemetaan, stratigrafi, hidrologi, teknik sipil, geoteknik, ilmu-ilmu sosial budaya, biologi, arsitektur, planologi, dan masih ada beberapa ahli lainnya.
Ia menegaskan, seluruh ahli yang terlibat dalam pemugaran situs Gunung Padang berasal dari Indonesia.
“Pada tahap awal pemugaran situs Gunung Padang, kami akan memaksimalkan para peneliti, para ahli dari bangsa Indonesia sendiri. Kita banyak sekali ahli yang sudah mendunia sebenarnya. Kali ini kami minta, kami harapkan kiprahnya untuk melakukan pemugaran situs Gunung Padang,” tambah Abe.
Proses pemugaran, lanjut Abe, juga akan melibatkan warga setempat di sekitar situs Gunung Padang.
“Dalam pelaksanaan kegiatan ini, kami tidak akan terburu-buru, kami akan sangat berhati-hati, dan juga akan melibatkan warga setempat. Karena warga setempat yang sudah lama tinggal di sekitar situ (Gunung Padang), akan memberikan informasi yang baik kepada kami,” tambah Abe.
Adapun informasi yang akan diberikan oleh warga setempatnya misalnya daerah rawan gempa, wilayah rawan longsor, aliran air hujan, dan informasi-informasi penting di sekitar situs Gunung Padang.
Mengapa situs Gunung Padang perlu dipugar?
Menurutnya, situs megalitikum Gunung Padang saat ini perlu untuk dipugar. Keputusan itu diambil berdasarkan riset, kajian, dan studi kelayakan yang dilakukan oleh para peneliti.
“Berdasarkan studi kelayakan memang situs ini layak untuk dipugar ya. Nah, mengapa situs Gunung Padang layak atau penting untuk dipugar? Karena situs ini merupakan bukti peninggalan megalitik ya dari Batu Besar sejak jaman prasejarah yang terbesar di Indonesia. Bahkan terbesar di Asia Tenggara,” kata Abe.
Temuan di lapangan, beberapa bagian situs Gunung Padang sudah rusak. Kerusakan yang ditemukan yaitu batunya copot, batu yang patah, dan sususan batu yang ambruk.
“Jadi kita berdasarkan undang-undang cagar budaya jika ada peninggalan yang penting maka diberi status ya. Situs Gunung Padang punya status cagar budaya peringkat nasional. Jadi ini tinggi sekali,” kata Abe.
Dengan pemugaran, situs Gunung Padang diharapkan bisa berusia lebih panjang dan bisa dilihat oleh generasi kini dan mendatang.
sumber: kompas.com
Leave a Reply